Gelaran lomba burung berkicau Panglima TNI Cup yang dikerjakan Ebod Jaya di lapangan Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (9/11/2014) berjalan sukses dengan penjualan ticket di atas 2.500.
Burung-burung berkualitas berkompetisi dalam lomba ini, serta banyak adalah burung papan atas sebagai juara lomba nasional atau regional di daerahnya semasing.
Di moment Panglima TNI Cup yang dikomandani Haji Ebod sendiri ini kelihatan sebagian besar kelas full gantangan, salah satunya kelas Murai Batu, Love Bird, Kenari, Kacer serta Cucak Ijo.
Di kelas murai batu, kelihatan kompetisi ketat di antara burung-burung juara. Seperti Murai Batu Pelor Mas punya Fitri BKS Samarinda, Murai Batu Gobi gaconya Yadi Suzuki dari Cirebon, Aji Mumpung jawara Mr. Cakes, serta banyak beberapa nama Murai Batu keren.
Yang paling mengagetkan ialah Murai Batu Toretto punya Nana 99 dari Depok. Burung "kampung" ini sukses mecundangi Murai Batu-Murai Batu populer di kelas paling berprestise Kelas Mabes dengan hadiah Rp50 juta.
Toretto memang tidak turun di kelas-kelas yang lain. Faktanya, Toretto barusan usai mabung. “Kami tidak berani turunkan lebih dari sekali, sebab Toretto baru selesai mabung serta burung ini masih terbilang muda. Toretto baru dua kesempatan ini turun di lomba besar,” tutur Oplan, perawat Toretto.
Di Kelas Mabes, Toretto berkompetisi ketat dengan Murai Batu Pelor mas yang konon nilai transfernya sampai Rp1 miliar yang perlu senang jadi runner up dibarengi Murai batu Gobi di tempat ke-3.
Toretto seolah-olah memberi shock teraphy pada jawara-jawara di lomba nasional. Dengan materi 70% ngerol serta 30% tembakan, Toretto dengan fasih memperdengarkan beberapa suara Cililin yang sampai ngilu 4x, Siri-siri, Serindit serta burung-burung kecil seperti Kolibri serta Burung Gereja.
Nana 99 akui, Toretto ialah burung muda rimba type ekor panjang dibeli partnernya sendiri di Jakarta yang dihadirkan dari kampung di Jawa Tengah pada harga Rp85 juta. Walau dari “kampung”, Nana punyai kepercayaan burung muda yang baru 2x mabung ini akan dapat banyak berbuat di lomba-lomba besar di Jakarta dari penampakan katuragan serta kualitas ngeriwiknya.
"Kami dahulu belinya dari seseorang rekan di Jakarta, ini burung sebenernya dari wilayah Jateng. Tetapi demikian lihat katuragannya, serta suaranya, kita meyakini sekali dengan burung ini," tutur Nana.
Berkaitan rawatan, Oplan menerangkan, Toretto terhitung murai batu yang gampang perawatannya. Karena barusan melalui proses mabung, Toretto masih juga dalam traf setingan rendah.
"Rawatannya gampang, sebab barusan mabung masih rendah setingannya. Jangkrik standard satu atau dua ekor pagi sore, jika kroto selalu harus ada tiap hari. Mandi pagi saja," tutur Oplan.
Mendekati lomba, lanjut Oplan, mandi jadi sore dan pagi, tetapi jangkrik masih standard seperti harian masih rendah, kroto fresh tetap ada. Bahkan juga sampai hari H lomba, jelas Oplan, rawatan Toretto benar-benar tidak dirubah dari umumnya.
Prestasi Toretto ini menjawab keragu-raguan orang pada potensi murai batu ekor panjang. Dapat dibuktikan, Toretto dapat mainkan ekornya yang menjuntai dengan lagu-lagunya yang tajam.
"Ini burung umur masih, tidak tua serta tidak muda, serta kakinya juga belum juga kering benar. Toretto memang biasa di turunkan di satu kelas saja untuk sesaat ini. Bukan lantaran tidak kuat, tetapi kitanya yang masih takut serta sayang dengan burungnya," papar Oplan.
Untuk burung yang kelompok belum mencatatkan prestasi yang elegan, banyak golongan memandang pemiliknya, Nana 99 termasuk nekad mengikutkan Toretto di kelas yang tiketnya dibandrol Rp1,5 juta itu.
Nana 99 bersama dengan Oplan serta Fani
Bahkan juga, Nana 99 akui turunkan Toretto cuma untuk senang-senang saja tanpa ada menginginkan koncer lihat beberapa nama burung keren yang ikuti lomba kelas Mabes ini.
“Ya semula tidak ada niatan untuk turunkan Toretto di kelas mahal itu. Tetapi pada saat kita coba di latberan, kok kerjanya hebat, ya langsung saja cari ticket. Hanya karena berani turunkan sekali, jadi sekaligus saja diikutkan yang paling mahal,” sebut Nana 99 malu-malu.
Burung yang sekarang disiapkan untuk moment besar selanjutnya ini, sudah pernah mendapatkan penawaran paling tinggi Rp150 juta walau belum mencatatkan prestasi cemerlang sebelum turun di Panglima TNI Cup. Tetapi Nana 99 akui belum ingin melepasnya sebab masih sayang.
"Ya kita bukanlah menampik rejeki, tetapi kita masih sayang dengan Toretto. Ditambah lagi burungnya masih terbilang muda, jadi dibikin senang-senang saja dahulu. Lagian saya hoby burung bukan type cari keuntungan dari burung prestasi, murni buat bersenang-senang saja," Pungkas Nana 99.